telah kuperingati akar imaji pertunanganku dengan suri
malam ini, karena tiba-tiba kuingat seberkas jejak-jejak
kaki kita yang saling menjauh.
kabut pun menebal di langit-langit kamar, semenjak nafsuku
tak sebuas bayang-bayang yang hampir mencapai tepi barat.
sedangkan doa-doa kian membusuk di bibirku, untukmu.
kutaruh wajahKu di puing-puing wangi Rembulan yang sengit,
mewiridkan segala pertikaian malam. masih bisa kudengar:
jantungku berdetak hebat di malam panjang, waktu-waktu
merajam syahdu, air Kehidupanku.
kupandang jendela berdebu, perjalanan jauh angin menuju
langit kelabu, menyisa deru; sebuah panorama berornamen
aksara-aksara menyusun sepenggal Nama.
semakin sepi dan petang menjelang, menggapai seluk penghabisan.
di teras, Maut berjalan pelan; mengetuk pintu Persetubuhan.
Di Kamar, 19 November 2010
Eckart Sulaksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar